Indonesia-channel.com – Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Syarifah Sofiah didampingi Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor, Hidayatulloh meninjau proses penanganan tanggap darurat bencana tanah longsor di Gang Makam, Kelurahan Cilendek Barat, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Senin (12/2/2024). Penanganan tanggap darurat ini dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor bersama Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat bersama-sama warga dengan memasang ceruk dari bambu untuk menahan agar tidak terjadi longsor susulan.
Saat ini longsor yang berdampak pada 10 kepala keluarga dengan 31 jiwa ini warga yang rumahnya terancam longsor sudah dievakuasi ke tempat yang lebih aman dengan disewakan rumah kontrakan. Longsor di atas aliran Sungai Cidepit, Gang Makam, Kelurahan Cilendek Barat ini pertama kali terjadi pada Minggu 4 Februari 2024 dan terjadi longsor susulan yang meluas pada Sabtu 9 Februari 2024. Saat ini penanganan tanggap darurat pun terus dilakukan untuk mencegah terjadinya longsor susulan.
Secara permanen nantinya akan dilakukan pembangunan Tembok Penahan Tanah (TPT) oleh SDA. kita sudah berkoordinasi dengan SDA. ada kegiatan yang sebetulnya di lokasi lain tahun ini, tapi karena di sini ini urgent (mendesak), maka terus dilakukan pergeseran yang di lokasi lain, penanganannya jadi di sini. Namun, pergeseran anggaran tersebut memerlukan waktu sehingga SDA baru bisa melakukan pembangunan di bulan April. Jadi, ya ini ceruknya harus cepat dilakukan. Kemudian setelah itu baru dilakukan (pembangunan) TPT,” kata Syarifah.
Dalam perencanaan TPT, sambung sekda, nantinya SDA akan menyesuaikan dengan eksisting luasan sungai sehingga diluruskan dengan batas sempadan sungai. Saat ini, SDA bersama Pemkot Bogor pun masih melakukan pemetaan jarak atau batasan sungai sambil terus berjalan proses pemasangan ceruk untuk mencegah longsor susulan. “Karena ada beberapa rumah yang sudah maju ke sungai jika dilihat dari peta yang dimiliki SDA. Tapi semaksimal mungkin ini akan kita lakukan dengan pemasangan TPT, sehingga nanti bangunan warga secara sukarela akan mundur dari bibir sungai agar lebih aman juga secara lebih permanen,” imbuhnya.
Saat ini, Pemkot Bogor melalui wilayah juga sudah melakukan pembicaraan dengan warga serta RT/RW untuk juga memindahkan bangunan UMKM dan Posyandu yang berdiri di atas aliran sungai karena membahayakan. “Rumah-rumah di sini ada beberapa rumah sudah dibicarakan dengan para pemiliknya, itu juga mereka sudah bersedia untuk mundur, karena untuk mereka pun merasa tidak aman. Rumahnya, lantainya sudah retak dan pecah. Posyandu juga sudah pecah dan melebar retakan di lantainya. Jadi karena kesadaran sendiri dan merasa tidak aman, maka warga pun bersedia,” ungkapnya. ***